Serangan drone Ukraina yang terus meningkat terhadap infrastruktur minyak Rusia telah melumpuhkan sekitar 17% dari total kapasitas kilang minyak negara itu, yang setara dengan 1,1 juta barel per hari. Serangan ini, yang terjadi pada pertengahan Agustus 2025, telah menyebabkan gangguan operasional pada fasilitas-fasilitas penting seperti kilang di Novoshakhtinsk, Volgograd, dan Ryazan, serta terminal ekspor Ust-Luga.
Dampak langsung dari serangan ini terasa di pasar domestik Rusia, dengan beberapa wilayah melaporkan kelangkaan bensin dan kenaikan harga yang signifikan. Sejak awal tahun 2025, harga bensin di Rusia dilaporkan telah naik sebesar 25%, bahkan mencapai rekor tertinggi pada 21 Agustus 2025. Menanggapi situasi ini, pemerintah Rusia memberlakukan larangan ekspor bensin mulai 24 Agustus 2025 untuk menstabilkan pasar domestik, sebuah perluasan dari larangan sebelumnya yang hanya berlaku untuk produsen non-minyak. Pembatasan penjualan bensin hingga 10 liter per orang juga diberlakukan di Kepulauan Kuril mulai September 2025.
Para analis melihat serangan ini sebagai bagian dari strategi perang asimetris Ukraina yang efektif dalam menekan perekonomian Rusia. Dengan mengganggu pasokan energi, Ukraina berupaya melemahkan fondasi ekonomi yang menopang upaya perang Rusia. Kenaikan harga minyak dunia juga turut dipicu oleh ketegangan geopolitik ini, meskipun dampaknya terhadap pasar global secara keseluruhan masih dalam pengamatan.
Peristiwa ini menyoroti bagaimana taktik perang terus berkembang, dengan Ukraina memanfaatkan teknologi drone untuk memberikan tekanan ekonomi yang terukur. Keberhasilan serangan ini tidak hanya berdampak pada sektor energi Rusia, tetapi juga berpotensi memengaruhi stabilitas ekonomi dan keputusan strategis Moskow di tengah konflik yang sedang berlangsung.