Di Kuba, penduduk beradaptasi dengan krisis energi yang sedang berlangsung. Pemadaman listrik yang sering terjadi telah mendorong penggunaan metode memasak improvisasi.
Daerah pedesaan, seperti Santiago de Cuba, menggunakan kompor "nonó" yang dibuat dari serbuk gergaji. Briket yang dibuat dari limbah arang juga semakin populer.
China mendukung pembangunan taman surya untuk diversifikasi sumber energi. Transisi menuju energi terbarukan menghadapi tantangan karena masyarakat berjuang dengan layanan dasar. Situasi ini mengingatkan kita pada tantangan serupa yang dihadapi di beberapa daerah di Indonesia, di mana akses terhadap energi yang stabil juga menjadi perhatian. Upaya mencari solusi kreatif, seperti yang dilakukan di Kuba, dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam menghadapi tantangan energi di masa depan, dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan semangat gotong royong.