Penelitian terbaru menegaskan bahwa kebahagiaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental, membedakannya dari emosi lainnya. Kebahagiaan sering kali berkaitan erat dengan pencapaian tujuan dan pengalaman kekaguman, yang termanifestasi dalam senyum Duchenne yang otentik, melibatkan otot wajah dan mata.
Keadaan emosional ini memicu perubahan fisiologis yang menguntungkan, mengaktifkan pusat kesenangan di otak dan melepaskan hormon penting seperti dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorfin. Neurokimia ini berperan vital dalam regulasi suasana hati dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Mengembangkan kebahagiaan melibatkan penguatan hubungan pribadi, mempraktikkan rasa syukur, dan membina ketahanan. Praktik-praktik ini, yang didukung oleh para pionir psikologi positif seperti Martin Seligman dan studi dari institusi terkemuka seperti Universitas Harvard, berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan emosional dan rasa makna hidup yang lebih besar.
Studi Harvard yang telah berlangsung selama 85 tahun secara konsisten menunjukkan bahwa hubungan yang positif adalah kunci kebahagiaan, kesehatan, dan umur panjang, bahkan lebih dari kekayaan atau status sosial. Studi ini menemukan bahwa kesepian dapat sama berbahayanya bagi kesehatan seperti merokok setengah bungkus sehari. Emosi positif secara umum dapat meningkatkan suasana hati, meningkatkan kepercayaan diri, dan membantu dalam mengatasi stres dan kecemasan, serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Memelihara rasa syukur, misalnya, dapat meningkatkan kepuasan hidup dan mengurangi stres. Demikian pula, tindakan kebaikan dan kasih sayang terhadap orang lain dapat menumbuhkan perasaan puas dan bahagia yang mendalam, sekaligus memperkuat ikatan sosial. Dengan demikian, menumbuhkan kebahagiaan melalui hubungan yang kuat, rasa syukur, dan praktik positif lainnya tidak hanya memperkaya pengalaman emosional kita tetapi juga memberikan fondasi yang kuat untuk kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang.