Stres Memicu Siklus Merokok, Demikian Ungkap Riset Terbaru

Diedit oleh: user2@asd.asd user2@asd.asd

Penelitian terbaru menggarisbawahi hubungan kuat antara stres kronis dan kebiasaan merokok. Studi menunjukkan bahwa perokok cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok. Siklus ini sering kali dipicu oleh kecanduan nikotin, di mana peredaan sementara dari merokok diikuti oleh stres akibat penarikan nikotin, yang kemudian mendorong individu untuk kembali merokok.

Sebuah studi longitudinal di Amerika Serikat menemukan korelasi yang signifikan antara stres psikososial—yang berasal dari faktor keluarga, finansial, dan pekerjaan—dengan kelanjutan merokok dan kegagalan dalam upaya berhenti merokok. Tingkat stres yang tinggi hampir dua kali lipat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terus merokok, terlepas dari latar belakang sosial ekonominya. Hal ini menunjukkan bahwa stres tidak hanya menjadi pemicu awal, tetapi juga merupakan hambatan signifikan dalam proses berhenti merokok.

Respons terhadap stres dan gangguan perhatian juga dikaitkan dengan tingkat kekambuhan merokok. Individu yang cenderung mengambil risiko saat stres atau mudah teralihkan lebih mungkin kembali merokok setelah berhasil berhenti, sebuah pola yang sangat terlihat pada kelompok dewasa muda. Riset dari Inggris mengkonfirmasi bahwa stres dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk merokok, di mana individu yang mengalami stres cenderung mencari cara untuk meredakan ketegangan tersebut.

Namun, studi-studi ini juga menekankan bahwa merokok itu sendiri dapat memperburuk stres dalam jangka panjang karena efek nikotin pada otak, menciptakan lingkaran setan. Untuk membantu individu keluar dari siklus ini, para ahli merekomendasikan teknik pengelolaan stres seperti latihan pernapasan dalam, aktivitas fisik singkat, dan menjaga hidrasi tubuh. Berhenti merokok tidak hanya mengurangi risiko penyakit serius seperti kanker, tetapi juga secara bertahap menurunkan tingkat stres, yang pada akhirnya meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan.

Sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open bahkan menunjukkan bahwa berhenti merokok dapat memperbaiki kesehatan mental secara keseluruhan, mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Para peneliti menyimpulkan bahwa persepsi bahwa rokok dapat meredakan stres sebenarnya adalah ilusi yang diciptakan oleh siklus kecanduan nikotin. Memahami keterkaitan antara stres dan merokok sangat krusial untuk mengembangkan strategi intervensi yang lebih efektif. Dengan mengelola stres secara proaktif melalui aktivitas fisik, teknik relaksasi, dan dukungan sosial, individu dapat memutus siklus kecanduan ini dan meraih kesehatan yang lebih baik, baik secara fisik maupun mental.

Sumber-sumber

  • India Today

  • World Lung Cancer Day – August 1, 2025

  • International Respiratory Experts Use World Lung Cancer Day to Stress the Importance of Lung Cancer Screening and Risk Factor Awareness

  • World lung cancer day is more than a date — it’s about awareness and action

  • World Cancer Day 2025: Myths About Lung Cancer One Must Know

  • Smoking and Stress: The Link Revealed

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.

Stres Memicu Siklus Merokok, Demikian Ungk... | Gaya One