Sebuah studi baru yang diterbitkan pada tahun 2024 oleh para peneliti di LKS Faculty of Medicine, The University of Hong Kong, mengungkap peran virus Epstein-Barr (EBV) yang lebih dinamis dalam mendorong perkembangan kanker nasofaring (KNF). Penelitian ini menemukan bahwa EBV, dalam bentuk DNA ekstrachromosomal (ecDNA), secara fisik "mengait" pada wilayah kromatin tertentu dalam sel KNF. Interaksi ini secara fundamental mengatur ulang konformasi tiga dimensi genom, memengaruhi sakelar epigenetik yang mengontrol ekspresi gen, sehingga memungkinkan virus membajak mesin epigenetik sel inang untuk persistensi, onkogenesis, penghindaran kekebalan, dan metastasis.
Temuan ini sangat penting mengingat lebih dari 95% populasi dewasa global terinfeksi EBV, namun hanya sebagian kecil yang mengembangkan KNF. Untuk memvalidasi penemuan ini, para peneliti menganalisis 177 sampel tumor pasien KNF, mengidentifikasi penanda genomik yang dapat memprediksi risiko metastasis. Eksperimen menggunakan obat epigenetik dan teknologi CRISPR-Cas9 untuk mengganggu koneksi genomik virus-inang menunjukkan penurunan signifikan pada EBV dan perlambatan pertumbuhan tumor, membuka jalan baru untuk terapi yang menargetkan interaksi virus-inang ini.
Keterkaitan antara EBV dan KNF telah diketahui sejak lama, dengan bukti awal dari penelitian serologi pada tahun 1966. Namun, mekanisme spesifik bagaimana EBV mendorong onkogenesis dan metastasis, terutama pengaruhnya terhadap arsitektur genom, baru terungkap melalui penelitian ini. KNF merupakan tantangan klinis yang signifikan karena kecenderungannya untuk bermetastasis, yang dapat secara drastis mengurangi peluang kelangsungan hidup lima tahun pasien hingga hanya 20-30%.
Penelitian ini memberikan perspektif baru yang memandang virus EBV bukan sebagai penumpang pasif, tetapi sebagai "arsitek dinamis progresi kanker" yang secara fisik membentuk kembali genom inangnya. Temuan ini menjanjikan perluasan cakrawala dalam bidang onkologi virus dan epigenetika kanker, yang berpotensi memicu pengembangan terapi presisi. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa mengganggu mekanisme "pengait" viral ini menawarkan terobosan yang menjanjikan untuk intervensi antikanker di masa depan, dengan implikasi yang meluas ke pengembangan terapi yang lebih tertarget untuk KNF dan kanker lain yang terkait dengan virus.