Penelitian terbaru dari Universitas Curtin di Australia telah menyoroti masalah serius yang dihadapi oleh para astronom terkait interferensi yang disebabkan oleh satelit Starlink milik SpaceX. Studi yang dipublikasikan pada 17 Juli 2025 ini menemukan bahwa emisi radio yang tidak disengaja dari satelit-satelit ini secara signifikan mengganggu pengamatan astronomi radio, memengaruhi hingga 30% dari gambar langit yang dianalisis.
Dylan Grigg, kandidat PhD dan pemimpin studi dari International Centre for Radio Astronomy Research (ICRAR) di Universitas Curtin, memimpin survei terbesar di dunia terhadap emisi radio satelit frekuensi rendah. Selama empat bulan, tim menganalisis 76 juta gambar langit menggunakan prototipe stasiun untuk Square Kilometre Array (SKA). Hasilnya menunjukkan lebih dari 112.000 emisi radio terdeteksi dari 1.806 satelit Starlink yang berbeda. Yang mengkhawatirkan, 703 satelit teridentifikasi memancarkan sinyal pada frekuensi 150,8 MHz, sebuah pita yang seharusnya dilindungi untuk astronomi radio. Grigg menyatakan bahwa beberapa satelit terdeteksi memancarkan pada pita frekuensi di mana seharusnya tidak ada sinyal sama sekali. Gangguan ini, yang berasal dari komponen elektronik onboard satelit, sulit diprediksi dan difilter oleh para astronom.
Dampak ini diperparah oleh generasi kedua satelit Starlink (V2), yang dilaporkan memancarkan radiasi elektromagnetik 32 kali lebih kuat dibandingkan generasi sebelumnya, menurut Netherlands Institute for Radio Astronomy (ASTRON). Benjamin Winkel dari Max Planck Institute for Radio Astronomy menjelaskan bahwa gangguan ini secara efektif "membutakan" teleskop radio, membuat data observasi menjadi tidak dapat digunakan. Masalah ini menjadi semakin mendesak mengingat rencana ekspansi Starlink yang ambisius, dengan lebih dari 7.000 satelit yang sudah beroperasi dan rencana hingga 42.000 satelit. Operator satelit lain seperti Amazon (Project Kuiper) dan OneWeb juga berencana meluncurkan konstelasi serupa, yang diperkirakan akan meningkatkan jumlah satelit di orbit menjadi 100.000 pada tahun 2030.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi proyek astronomi masa depan, termasuk SKA, yang akan menjadi teleskop radio terbesar dan paling sensitif di dunia. Para peneliti dari Universitas Curtin menekankan bahwa regulasi International Telecommunication Union (ITU) saat ini hanya berfokus pada transmisi yang disengaja dan tidak mencakup emisi yang tidak disengaja seperti ini. Steven Tingay, Direktur Eksekutif Curtin Institute of Radio Astronomy, berharap penelitian ini dapat mendukung upaya internasional untuk memperbarui kebijakan yang mengatur dampak teknologi satelit terhadap penelitian astronomi radio. Dialog konstruktif dengan SpaceX telah dilaporkan, menunjukkan kesediaan untuk mengatasi masalah ini, namun tantangan yang ditimbulkan oleh sifat emisi dan jumlah satelit yang terus bertambah tetap signifikan. Keseimbangan antara kemajuan teknologi komunikasi satelit dan pelestarian lingkungan ilmiah yang bersih untuk penelitian astronomi menjadi krusial di masa depan.