Tiga puluh tahun setelah genosida Srebrenica, kita merenungkan dampak dan konsekuensi dari tragedi yang mengerikan ini. Peristiwa yang terjadi pada Juli 1995, di mana lebih dari 8.000 pria dan anak laki-laki Bosniak dibunuh secara sistematis oleh pasukan Serbia Bosnia, tetap menjadi babak yang sangat menyakitkan dalam sejarah Bosnia dan Herzegovina.
Di Indonesia, peringatan 30 tahun genosida Srebrenica memberikan kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang pentingnya perdamaian dan rekonsiliasi. Peringatan ini juga menjadi pengingat akan pentingnya mencegah kekejaman serupa di masa depan. Pemerintah Indonesia, bersama dengan organisasi masyarakat sipil, seringkali menyelenggarakan acara untuk meningkatkan kesadaran tentang genosida dan mendukung upaya untuk mencari keadilan bagi para korban.
Pusat Peringatan Srebrenica-Potočari memainkan peran penting dalam melestarikan ingatan para korban dan mendukung para penyintas. Hampir 90% dari mereka yang hilang telah diidentifikasi melalui analisis DNA, dengan lebih dari 6.700 korban dimakamkan kembali di Pusat Peringatan Srebrenica. Peringatan ini juga menjadi momentum untuk memperkuat komitmen terhadap hak asasi manusia dan keadilan internasional.
Konsekuensi dari genosida Srebrenica terus terasa hingga saat ini. Para penyintas, seperti Fadila Efendić yang kehilangan suami dan putranya, menemukan penghiburan di dekat makam mereka, tetapi terus bergulat dengan trauma kehilangan. Peringatan 30 tahun ini adalah pengingat yang menyentuh tentang kekejaman yang dilakukan dan ketahanan para penyintas yang tak kenal lelah.